Kritik Sastra Joko Pinurbo Anugrah Buah Hati
img src: nicoboen.wixsite.com |
Pacar Kecilku
JOKO PINURBO
Pacarkecilku
bangun di subuh hari ketika azan datang
Membangunkan
mimpi. Pacarkecilku berlari kehalaman
Menadah hujan
dengan botol mainan, menyimpanya di kulkas sepanjang hari
Dan malamnya ia
lihat di botol itu gumpalan cahaya warna warni
Pacarkecilku
lelap tidurnya, botol pelangi dalam dekapnya
Ketika bangun ia
berkata :”Tadi kau ke mana?
Aku mencarimu di
rerimbun taman bunga.”
Aku terdiam.
Sepanjang malam aku hanya berjaga
Di samping
tidurnya agar dapat melihat bagaiamana azan
Pelan pelan
membuka matanya.
Pacarkecilku tak
akan mengerti : pelangi dalam botol cintanya
Bakal berganti
menjadi kuntum kuntum mawar melati
yang akan ia
taburkan di atas jasadku, nanti.
(2001)
Sepertinya Asyik
Kalau Puisi di Komentar
“Anugrah Buah
Hati”
Ilyas Mate
Anak merupakan sebuah anugrah dari tuhan untuk hambanya
yang menjadi orang tua dari anak itu, betapa istimewanya ketika satu keluarga
di karuniai seorang anak maka lengkaplah keluarga itu dari segala nikmatnya,
manusia adalah mahluk sosial dan cenderung tidak bisa sendiri dalam mengisi
relung kehidupan nya. Proses interpretasi, saya lakukan dalam puisi ini adalah
tentang kehidupan suatu keluarga dalam mengisi hasratnya tentang esensi
berharganya cinta dan doa kemudian tentang agama yang menjadi pondasi dalam
kehidupan kita sebagai manusia, karena semua agama itu memberikan hal kebaikan,
membuat manusia mempunyai batasan batasan dalam menjaga nilai nilai yang
dianutnya.
Anugrah Buah Hati, menjadi perhatian dalam proses
interpretasi dalam puisi ini. Tentang segala keindahan seorang anak, tentang
keluarga yang mendapatkan estetika kehidupan ketika mendapatkan seorang buah
hati, begitu waspadanya yang menjadi orang tua, dalam memberikan sebuah kasih
sayang dan cinta untuk membesarkan anaknya yang mempunyai nilai dan adab hingga
seorang anak itu bisa merasakan kekuatan kasih sayang dan cinta yang diberikan
orang tuanya, dan tumbuh menjadi pribadi yang berakal dan berbudi pekerti dalam
menjalankan tugasnya menjadi manusia, sebagai khalifah di muka bumi ini, segala
kisah dan peristiwa manusia akan mengetahui tentang apa artinya kehdupan
sebenarnya. Manusia akan merasakan beberapa fase kehidupan yang akan di
laluinya, menjadi seorang anak kecil, remaja, dewasa, dan menjadi orang tua
kemudian tidak ada lagi selain mati, setelah itu lalu akan menjadi apa manusia
setelah mati ? selain mempertanggungjawabkan amal kebaikan nya selama mengisi
kehidupan nya. Doa dan amal baik manusia yang akan menghiasi dari alam yang
berbeda itu yaitu akhirat, saya tidak akan terlalu jauh membahas tentang
akhirat itu, tapi ada korelasi kata yang
bermeafora sehingga saya mempunyai tafsir tentang kalimat puitik ini “Pacarkecilku
tak akan mengerti : pelangi dalam botol cintanya Bakal berganti menjadi kuntum
kuntum mawar melati yang akan ia taburkan di atas jasadku, nanti.” dari puisi Joko Pinurbo, betapa
indahnya kata kata yang ia rangkai untuk memberikan suatu pesan terhadap
pembaca, tentang suatu peristiwa kehidupan yang sangat melankolis dan tragis
yaitu ketika ada pertemuan selalu ada perpisahan, ketika ada kelahiran disitu
ada kematian, dan begitupun tentang dunia selalu mempunyai keterkaitan dan
keterikatan dalam fase kehidupanya sebagai manusia dan pribadi masing masing,
jadi secara hukum sebab akibat pun telah jelas ada semuanya jika kita mengambil
relevansi dari segi kehidupan dan sastra.
Karya
sastra juga disebut sebagai seni berbahasa dengan posisi yang sama dengan
bentuk kesenian lainnya. Dalam proses penelitian kesusastraan kita acap
menggunakan aliran-aliran seperti naturalisme, surelisme, ekpresivisme dan
sebagainya yang tidak hanya diaplikasikan pada karya sastra saja tetapi juga
pada bentuk seni lain, seperti seni lukis, drama, dan sebagainya. Namun, kali
kita tidak akan membahas mengenai bagaimana aliran seni pada seni lukis dan
drama tersebut diaplikasikan dalam karya sastra, karena pembahasan aliran pada
karya sastra tersebut akan kita bahas pada bagian bab yang berbeda.
Sastra
tidak hanya dianggap sebagai alat untuk menghibur, tetapi juga sebagai bentuk
pengekspresian perasaan pengarangnya dengan menggunakan seni kebahasaan yang
indah. Sastra dipertimbangkan sebagai karya seni, karena pada pembangunan badan
karya itu sendiri para pengarangnya tidak dapat memilih penggunaan kata-kata secara
acak tanpa memperhatikan nilai-nilai keindahan yang menjadi bagian wajib pada
karya sastra. Seperti pada puisi, seorang penyair haruslah memperhatikan rima
dan nada dari puisi yang di bangunnya dengan memilh kosakata yang tepat,
sehingga karya sastra tersebut tetap dapat menyampaikan apa yang menjadi tujuan
pengarang tanpa harus mengurangi keindahan nilai bahasanya.
Jadi
jelas sekali sosok, Joko Pinurbo seorang sastrawan keren, yang sedang hits di
zaman milenial ini. Dalam membuat karya puisinya ia mampu mengambil tarik
kesimpulan suatu peristiwa kehidupan manusia dan manusia lainya, kemudian
manusia dengan alam, dan manusia dalam setiap permasalahan nya.
Dan
ada beberapa point yang bisa saya amati dalam karya puisi Joko Pinurbo yaitu :
1. Keindahan
yang dilihat dengan penafsiran luas dan general pada umumnya yang berisikan
nilai-nilai kebenaran yang nyata.
2. Keindahan
estetik murni yang meliputi segala bentuk keindahan yang terdapat dalam
pengalaman pengarang dan terpancar pada karya puisi yang dihasilkannya.
3. Keindahan
sederhana di mana keindahan-keindahan yang meliputinya hanya sebatas keindahan
yang tertangkap pada panca indera kita dan dikemas menjadi metafora kata.
Hal ini yang menjadi acuan kritik saya
terhadap karya puisi Joko Pinurbo.
Dengan
nilai-nilai keindahan yang terdapat di dalamnya, menjadikan karya sastra
sebagai salah satu objek penelitian estetis yang tidak hanya mencakup pada
keindahan bahasanya saja, tetapi juga unsur-unsur yang membangunnya. Jadi,
tidak tepat kiranya jika kita hanya melihat nilai seni pada sastra hanya
berkisar antara penggunaan bahasanya saja. Karena keindahannya tidak hanya
berkisar pada daya kreativitas pengarang dalam mengolah kata-kata saja, tetapi
juga pada aspek-aspek lain yang berkaitan dengan seni pengalaman pengarang dan
sebagainya.
Namun, yang harus
diperhatikan dalam memahami nilai-nilai estetika pada sastra adalah penelitian
dengan bidang estetika sastra haruslah mengacu pada hubungan antara aspek-aspek
kesusastraan dengan kode-kode yang mendasarinya. Dan jika diperhatikan lebih
jauh, kita akan menemukan fakta bahwa estetika struktural merupakan teori yang
mendekati pemahaman keilmuan semiotik.
Joko Pinurbo (lahir di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962; umur 57 tahun)
adalah salah seorang penyair terkemuka Indonesia yang karya-karyanya telah menorehkan gaya dan warna tersendiri dalam
dunia puisi Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas) Sanata Dharma, Yogyakarta. Kegemarannya mengarang puisi ditekuninya sejak di Sekolah Menengah
Atas.
Atas
pencapaiannya, Jokpin telah memperoleh berbagai penghargaan: Penghargaan Buku
Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar
(2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan
Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), South East Asian
(SEA) Write Award (2014).Penyair yang bermukim di Yogyakarta ini sering
diundang ke berbagai pertemuan dan festival sastra. Karya-karyanya telah
diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Mandarin. Sejumlah puisinya juga telah dimusikalilasi antara lain oleh Oppie Andaresta dan Ananda Sukarlan.
Oleh Ilyas Mate
Oleh Ilyas Mate
Tidak ada komentar: