{Prosa} JUMAT YANG MASIH MURAM - Ilyas Mate
Jum’at dimana saat ini masih mengalami hal yang sama, dengan tubuh ini diam
dalam beranda sedangkan hari menuju kemenangan tinggal menghitung jari, tapi
gamang kondisinya, bukan semakin pulih malahan ambyar dengan saling sikut
meramaikanya dengan seremonial semata, dibalik iringanya perawat yang tewas
hari demi hari dan pasien yang banyak makin menjadi ulahnya kadang – kadang
saat ini yang menjadi sorotan adalah keviralan yang seakan dibuat sendiri,
pandangan orang sangat beragam terhadap situasi zaman virtual ini, ada yang
empati, simpati dan ya biasa biasa saja, bahkan banyak yang melakukan hal – hal
konyol, dibalik pandemi dan peristiwa alam yang sedikit demi sedikit mulai
menampak jelas. Ada yang logis dan ada juga yang tak bisa diungkapkan secara
ilmiahnya.
Hari Jum’at yang masih muram dalam
penantian sebenarnya peristiwa ini harus segera berakhir, namun ada yang timbul
suatu pertanyaan, yang akan berakhir itu peristiwanya atau yang didalam
peristiwanya ? sangat sulit dijawab menurut saya sendiri, dengan mulai
munculnya kacau beberapa kebijakan dan aturan, dan yang diatur sudah tak mau
diatur, sepertinya ini kondisi yang benar benar kacau.
Hari Jum’at yang masih muram, apakah kondisi ini sengaja di bikin kacau
atau tidak ? bahkan kondisi ini bisa menjadi pengurangan populasi manusia di
muka bumi ini, tapi mungkin ini yang di istilahkan new normal ? bersandingan
hidup dengan kekacauan dan kepanikan, iya ini new normal dimana manusia sudah
mulai banyak sekali yang pintar, bahkan saking pintarnya di muka bumi ini, tiba
– tiba manusia menjadi guru semuanya terhadap dirinya sendiri, sangat sungkan
untuk merendah diri dan mencari seorang guru, dan sifat ini yang diteladani
oleh Maulana Jallaludin Rumi, ia berpindah pindah tempat hanya untuk mencari
guru, sedangkan sekarang situasinya anjlok berbeda.
Hari Juma’at yang masih muram, ketika alam mulai menampakan wujudnya, tiba
– tiba langit berteriak, sadar tidak ? dentuman keras itu. Tiba tiba air menari
ke sela- sela jalan dan menjatuhkan gedung, sadar tidak ? dengan air itu. Tiba
tiba angin asyik sekali bersiul dimana saja dan menghempaskan pepohonan dan kepala
orang tertimpah kemudian mati, sadar tidak? dengan siulan itu ? tiba- tiba bumi
bergetar semaunya, sadar tidak ? hari makin pendek saja.
Hari Jum’at yang masih muram, sendal jepit yang melangkah ke altar rumah
Tuhan diberhentikan sejenak, kadang rumah bisa menjadi rumah Tuhan atau rumah
bisa menjadi sesat dilaknat setan.
Hari Jum’at yang masih muram, entah apa yang akan menimpa di hari Juma’at
selanjutnya.
Hari Jum’at yang masih muram, sisa sisa jeritan isi bumi yang terhempas
habis oleh waktu.
Tidak ada komentar: