SENI DARI KENYATAAN #1 - Alan Talor
Abstrak:
Hidup tidak terlepas dari
seni. Seni dalam kehidupan sering dihubungkan dengan sesuatu yang indah, enak
dipandang, enak dirasakan, enak didengarkan. Kendati demikian, keindahan suatu
seni tidak dapat dinilai lewat angka, karena seni dirasakan dan menyerap pada
intuisi seseorang. Seseorang bisa merasa tegang saat menyaksikan suatu
pertunjukan yang saling beradu pedang serta iringan musik yang mengilustrasikan
kejaian menegangkan. Begitu pula rasa sedih, seorang bisa tidak menyadari
berlinang air mata apabila mendengarkan lagu-lagu yang dia rasa mewakili
kejadian yang telah dia lalui dengan penuh pengorbanan. Semua rasa dapat di
oleh oleh seni. Maka dari itu seni dapat diartikan sebagai ekspresi jiwa,
dimana yang diperlukan kehalusan dan ketulusan agar pesan yang disampaikan
dapat tersampaikan. Seolah seni ini merupakan suatu perantara untuk
menyampaikan sesuatu. Bahkan seni dapat diartikan sebagai jalan penghubung
dengan kenyataan yang lain. Dimana kita dapat melihat, mendengar dan merasakan
sesuatu yang penah berkaitan dengan kehidupan atau bahkan tidak sama sekali,
dengan cara menikmati suatu pertunjukan yang di kemas sedemikian rupa dengan
suatu keindahan. Kita menikmati suatu realitas kecil pada realitas besar kita.
Suatu ungkapan yang dipertunjukan pada kenyataan kita di kehidupan ini.
ANTARA SENI DAN KENYATAAN
Kenyataan yang dimaksud disini adalah kenyataan dalam
arti luas, sepeti sebuah benda, mahluk hidup, kejadian dan peristiwa. Kenyataan
merupakan segala sesuatu yang terjadi pada diri atau sesuatu yang terserap oleh
kemampuan indra kita yang kita tamping dalam memori sel otak. Kemudian hubungan seni dengan kenyataan kita
jumpai teoti Mimesis yang merupakan aliran-aliran seni semenjak zaman
Plato dan Aristoteles
Mengenai Mimesis,
Mimesis dalam Bahasa Yunai diartikan sebagi suatu Perwujudan atau Jiplakan. Diutarakan oleh
Plato (428-348) dan Aristoteles (384-322) yang mempengaruhi teori-teori seni
dan satra di Eropa. Mimesis membahas sejauh mana seni mencerminkan kenyataan,
atau seni memang mencerminkan kenyataan bahkan sesni dituntut untuk
mencerminkan kenyataan.
Plato sebagai
seorang filsuf berpandangan bahwa seni hanya suatu jiplakan dan memamerkan
ilusi (khayalan) dan jauh dari kebenaran. Dalam karangan Plato tentang Negara
(kitab Kesepuluh) ia berpandangan segala sesuatu benta itu mencerminkan suatu
“ide yang asli” (gambar asli). Terdapat banyak bentuk yang dicerminkan dalam
ide untuk suatu benda atau kenyataan. Suatu benda atau kenyataan di bentuk
berdasarkan pada dunia Ide , kemudian seni dibuat bersadarkan kenyataan yang
telah ada. Maka menurut pandangan Plato seni hanya menjiplak suatu jiplakan.
Plato lebih menghargai seorang tukang yang mebuat barang-barang daripada hanya
melukiskan barang-barang tersebut. Plato menyatakan demikian dalam konteknya (
yang menginginkan suatu negara yang ideal, yang utopis)
Kemudian Aristoteles
yang berbeda pandangan dengan Plato. Aristoteles menyatakan bahwa seni
melukiskan kenyataan. Dan kenyataan
berbeda bengan kenyataan menurut Plato. Menurut Aristotelies mimesis
disini tidak semata-mata menjiplak suatu kenyataan, melaikan merupakan suatu
proses kreatif dan ungkapan yang berpangkal pada kenyataan, menciptakan suatu
kenyataan yang baru. Artistoteles berpandangan suatu seni itu merupakan suatu
ungkapan atau perwujudan mengenai Universalia atau gambaran umum.
Pandangan ini
terus berkembang dari abad ke abad dan menghasilkan teori-teroi baru. Seperti
pandangan Plato yang kemudian dipengaruhi oleh pandangan Plotinus, seorang
filsuf Yunani hidup pada abad ke-3 yang menyatakan bahwa seni tidak hanya suatu
perwujudan indrawi tetapi menciptakan enyataan yang hakiki yang bernilai luhur.
Namun dapat kita garis bawahi bahwa seni ada kaitannya dengan kenyataan dan
dari kenyataan itulah seni dapat kita ciptakan. Sejauh mana kita mengartikan
seni pada kenyataan dan kehidupan kita.
Jika dihubungkan
dengan konsep yang kita pelajari, konsep sederhana sebuah seni pertunjukan teater realis adalah memindahkan realitas
besar (dunia nyata) kepada realitas kecil (dunia panggung) yang dimana kita
sebagai aktor, memindahkan aktifitas, laku, gerak dan semua bentuk lahiriah
kita ke panggung sehingga para penonton dapat mengerti pesan atau informasi
yang kita sampaikan. Dapat diartikan kita telah menghubungkan atau mengikut sertakan
kenyataan kita, kehidupan kita dalam seni. Maka dari itu dalam seni drama atau
teater banyak dari kita dalam mempelajari atau untuk mencapai suatu pertunjukan
yang maksimal itu dengan cara menelanjangi kenyataan. Kita membuka mata kita
untuk dapat menangkap dan meresap semua kenyataan yang ada untuk dijadikan
bahan-bahan yang kemudian kita olah untuk dipertunjukan. Kita dapat leluasa
memainkan setelah kita memiliki apa yang telah kita tangkap pada
kenyataan.
“Hidup tanpa seni
bagai tidur tak bermimpi. Bagai malam taka da bintang hampa terasa dalam kehidupan”
“Ekspresi Jiwa
adalah citra seni insan teater karena disana kita punya gairah dan jati diri
hingga nafas terakhir tersenyum berpapasan Tuhan”
Referensi :
Pengantar Ilmu Sastra oleh: Jan Van Luxembug, Mieke Bal, Willem G. Weststeijin.
Diterjemahkan oleh Dick Hartoko, 1992, PT Gramedia, Jakarta.
Tidak ada komentar: