PEMENTASAN DARI AWAL HINGGA TITIK GANDRUNG MILAD XXXVI TEATER AWAL BANDUNG
Teater Awal Bandung mempersembahkan garapan utuh realis “ Dari Awal Hingga Titik ( TIK ) ” dipentaskan dalam acara Gandrung Milad Teater Awal Bandung pada hari Kamis, 14 September 2023 di Gd. Abjan Soelaeman UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
“Open gate dimulai…Silahkan para mahasiswa yang ingin
menonton pertunjukkan dan belum mendapatkan tiket, bisa langsung mampir ke
stand ots kita yah…” Suara nyaring dari toa yang digaungkan panitia mulai
menyebar dari sudut ke sudut. Yah kali ini, di bulan yang orang-orang aktivis
sebut sebagai bulan kelam; september hitam, Teater awal mengadakan hajat yang
besar dan meriah yaitu milad teater awal bandung yang ke-36.
Dalam acara milad kali ini teater awal mempersembahkan
beberapa pertunjukkan teater dan pertunjukkan musik mulai tanggal 13 september
2023-19 september 2023 sebagai puncak acara yaitu ceremonial milad teater awal.
Salah satu pertunjukkan yang favorit di hati para
apresiator yaitu pertunjukkan teater dengan naskah TIK karya Budi Yasmin dan
disutradarai Natsar Goris selaku baraya teater awal bandung itu sendiri.
Sang sutrada pada garapan ini memberikan sebuah konsep
basic realis pada sebuah garapan teater, untuk membenahi siklus keaktoran
anggota Teater Awal Bandung, yang dikembangkan menjadi sebuah keabsurdan yang ditata
dengan baik sehingga membuat garapan mudah dimengerti, dicerna dan menjadi sarana hiburan serta kebahagiaan bagi
para apresiator dan seluruh elemen yang terlibat.
“Berangkat dr keresahan melihat siklus proses kita
yang dirasa harus di benahi lagi, agar jadi penyadaran awal bahwa Ruh atau
Nyawa dalam menciptakan karya terutama teater ada di prosesnnya. “ Ujar Natsar Goris
“ Jadi intinnya yg pertama saya ingin menerapkan agar
prinsip prinsip keaktoran dr para aktor selesai dulu, setelah itu saya bisa
jeli terhadap visual, dramatik, dan irama pertunjukan “ Ujar Natsar Goris
Pertunjukkan dengan naskah TIK sendiri menceritakan
bagaimana situasi serta kondisi seorang pemulung dengan kerasnya kehidupan yang
dia tempuh, yang mana ia mencoba bertahan demi keberlangsungan hidupnya.
Kisah dimulai Ketika Wardana, nama salah satu tokoh
yang berprofesi sebagai pemulung mencuri televisi milik haji komar, lalu
berlanjut dengan petugas yang salah ketik, hingga klimaknya ketika haji komar
tidak sengaja menembak orang.
Beberapa konflik yang terjadi di dalam pertunjukkan
tersebut membuat semua mata apresiator tidak berhenti berkedip. Scane komedi
juga tersaji dalam pertunjukkan tersebut menjadikkan sebuah pertunjukkan yang
tidak membosankan.
Sedih, ketawa, hingga emosi marah juga dirasakan oleh
penonton karena melihat pertunjukan ini. Dari emosi sedih karena seorang
pemulung nekat mencuri televisi untuk ditontong dengan pemulung lainnya,
perasaan marah timbul karena ada salah satu petugas yang melakukkan poligami
yang mana hal tersebut justru memancing emosi para kaum hawa yang tidak setuju
tentang tindak poligami, hingga komedi yang berhasil membuat seluruh apresiator
pecah dengan suara gelak tawa.
Beberapa hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari
kisah pertunjukkan tersebut adalah semua orang seharusnya sama ketika di mata
hukum, juga semua manusia tidak pernah luput dari yang namanya salah dan
khilaf.
Serta masih banyak pelajaran lainnya yang dapat
diambil dari penafsiran dan kesimpulan masing-masing penonton. “Seru, tegang,
sedih pas ada yang ketembak” ucap salah satu apresiator Ketika ditanya mengenai
pertunjukkan TIK.
Keberhasilan teater awal bandung dalam acara ini tidak
luput dari usaha 3 bulan kebelakang yang dilakukan oleh semua elemen, baik dari
sutradara, penata musik, penata kostum, make up, para aktor, hingga elemen yang
bergerak di bidang keproduksian. Serta berbagai halangan maupun rintangan dalam
usaha menggelar hajat besar ini pun selalu hadir dalam setiap proses sampai detik
ini.
Ucapan terima kasih untuk para apresiator yang sudah
meluangkan waktunya untuk menonton pertunjukkan ini. Serta ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada baraya Teater Awal Bandung atas kerja
kerasnya. Tidak ada kata berhenti untuk terus berproses. Tidak ada kata
berhenti untuk terus berkarya, hingga napas terakhir tersenyum berpapasan
dengan tuhan. SALAM JIWA!!
Oleh : Ferdiansyah Tata ( Angkatan 35 )
Tidak ada komentar: