Naskah LAUTAN BERNYANYI Karya Putu Wijaya
LAUTAN BERNYANYI
Karya Putu Wijaya
Lakon Drama dengan judul
“Lautan Bernyanyi” karya Putu Wijaya yang disusun pada tanggal 2 Desember 1980
di Jakarta. Mengangkat nilai-nilai tradisi masyarakat bali juga nilai-nilai
spritual, melalui lakon drama “Lautan Bernyanyi” ini Putu Wijaya menuangkan
kritik terhadap kebiasaan masyarakat Bali yang kental akan tradisi-tradisi dan
kepercayaan terhadap mitos-mitos, melalui sudut pandang tokoh Kapten Leo yang lebih mengedepankan logika dan tidak mempercayai mitos. Drama
Lautan Bernyanyi tidak hanya menyajikan pertentangan antara pemikiran modern
dan tradisi masyarakat serta kepercayaan terhadap mitos-mitos akan tetapi juga
menyajikan persoalan-persoalan sosial, historis, serta psikologi
pada tokoh-tokohnya.
Lakon
drama ini adalah sebuah lakon yang menggambarkan ketidak mengertiannya seorang
pelaut bernama Kapten Leo yang kandas di Pantai Sanur Bali, yang konon dikenal
sebagai Pantai yang penuh dengan ilmu hitam. Kapten Leo tidak percaya bahwa
kandasnya kapal “Harimau Laut” ialah akibat kutukan dewata. Ia menganggap
kandasnya kapal tersebut akibat pelaut yang tidak disiplin. Namun sebaliknya
Juru masak kapal yang dipimpin oleh Kapten Leo yaitu Comol percaya bahwa
kandasnya kapal “Harimau Laut” ialah akibat kutukan dewata. Sementara itu anak
buah – anak buah dari kapal yang di pimpin oleh Kapten Leo memilih untuk hidup
bersama masyarakat Bali. Dan salah satu anak buah dari kapal tersebut membawa
kabur dan menitipkannya di kapal itu, seorang gadis keturunan Leak ini ialah
Dayu Badung yang memiliki penyakit cacar. Sehingga terjadilah perdebatan antara
Kapten Leo dan Comol. Di satu sisi Comol yang menganggap perempuan itu adalah
sebuah malapetaka, di sisi lain Kapten Leo tidak menghiraukannya.
Pertentangan antara pemikiran modern dan tradisi
serta kepercayaan terhadap mitos-mitos di masyarakat
menjadi Paradoks dalam lakon drama Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya ini. Peradoks ini pun terdapat pada tokoh yaitu Kapten Leo.
Disatu sisi Kapten Leo tidak percaya akan takhayul dan mitos-mitos, disatu sisi
lain ia pun menganggap adanya Mitos bahwasanya jika seseorang mendengar
Lautan Bernyanyi ataupun suara-suara yang muncul dari
laut dianggap sebagai kutukan (yang mendengar akan mendapatkan mala petaka). Oleh karenanya kandasnya kapal “Harimau Laut” ini menjadi perdebatan
antara kapten dan semua anak buahnya
Tidak ada komentar: