"Semoga senyum Tuhan selalu menyertai aktivitas kita selaku khalifah di muka bumi hingga nafas terakhir tersenyum berpapasan Tuhan"

{Prosa} JUMAT YANG MASIH MURAM - Ilyas Mate

Mei 22, 2020

{Prosa} JUMAT YANG MASIH MURAM - Ilyas Mate


Jum’at dimana saat ini masih mengalami hal yang sama, dengan tubuh ini diam dalam beranda sedangkan hari menuju kemenangan tinggal menghitung jari, tapi gamang kondisinya, bukan semakin pulih malahan ambyar dengan saling sikut meramaikanya dengan seremonial semata, dibalik iringanya perawat yang tewas hari demi hari dan pasien yang banyak makin menjadi ulahnya kadang – kadang saat ini yang menjadi sorotan adalah keviralan yang seakan dibuat sendiri, pandangan orang sangat beragam terhadap situasi zaman virtual ini, ada yang empati, simpati dan ya biasa biasa saja, bahkan banyak yang melakukan hal – hal konyol, dibalik pandemi dan peristiwa alam yang sedikit demi sedikit mulai menampak jelas. Ada yang logis dan ada juga yang tak bisa diungkapkan secara ilmiahnya.

Hari Jum’at  yang masih muram dalam penantian sebenarnya peristiwa ini harus segera berakhir, namun ada yang timbul suatu pertanyaan, yang akan berakhir itu peristiwanya atau yang didalam peristiwanya ? sangat sulit dijawab menurut saya sendiri, dengan mulai munculnya kacau beberapa kebijakan dan aturan, dan yang diatur sudah tak mau diatur, sepertinya ini kondisi yang benar benar kacau.

Hari Jum’at yang masih muram, apakah kondisi ini sengaja di bikin kacau atau tidak ? bahkan kondisi ini bisa menjadi pengurangan populasi manusia di muka bumi ini, tapi mungkin ini yang di istilahkan new normal ? bersandingan hidup dengan kekacauan dan kepanikan, iya ini new normal dimana manusia sudah mulai banyak sekali yang pintar, bahkan saking pintarnya di muka bumi ini, tiba – tiba manusia menjadi guru semuanya terhadap dirinya sendiri, sangat sungkan untuk merendah diri dan mencari seorang guru, dan sifat ini yang diteladani oleh Maulana Jallaludin Rumi, ia berpindah pindah tempat hanya untuk mencari guru, sedangkan sekarang situasinya anjlok berbeda.

Hari Juma’at yang masih muram, ketika alam mulai menampakan wujudnya, tiba – tiba langit berteriak, sadar tidak ? dentuman keras itu. Tiba tiba air menari ke sela- sela jalan dan menjatuhkan gedung, sadar tidak ? dengan air itu. Tiba tiba angin asyik sekali bersiul dimana saja dan menghempaskan pepohonan dan kepala orang tertimpah kemudian mati, sadar tidak? dengan siulan itu ? tiba- tiba bumi bergetar semaunya, sadar tidak ? hari makin pendek saja.

Hari Jum’at yang masih muram, sendal jepit yang melangkah ke altar rumah Tuhan diberhentikan sejenak, kadang rumah bisa menjadi rumah Tuhan atau rumah bisa menjadi sesat dilaknat setan.

Hari Jum’at yang masih muram, entah apa yang akan menimpa di hari Juma’at selanjutnya.
Hari Jum’at yang masih muram, sisa sisa jeritan isi bumi yang terhempas habis oleh waktu.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.