"Semoga senyum Tuhan selalu menyertai aktivitas kita selaku khalifah di muka bumi hingga nafas terakhir tersenyum berpapasan Tuhan"

SENI DARI KENYATAAN #1 - Alan Talor

Mei 11, 2020
SENI DARI KENYATAAN #1 - Alan Talor

Abstrak:
Hidup tidak terlepas dari seni. Seni dalam kehidupan sering dihubungkan dengan sesuatu yang indah, enak dipandang, enak dirasakan, enak didengarkan. Kendati demikian, keindahan suatu seni tidak dapat dinilai lewat angka, karena seni dirasakan dan menyerap pada intuisi seseorang. Seseorang bisa merasa tegang saat menyaksikan suatu pertunjukan yang saling beradu pedang serta iringan musik yang mengilustrasikan kejaian menegangkan. Begitu pula rasa sedih, seorang bisa tidak menyadari berlinang air mata apabila mendengarkan lagu-lagu yang dia rasa mewakili kejadian yang telah dia lalui dengan penuh pengorbanan. Semua rasa dapat di oleh oleh seni. Maka dari itu seni dapat diartikan sebagai ekspresi jiwa, dimana yang diperlukan kehalusan dan ketulusan agar pesan yang disampaikan dapat tersampaikan. Seolah seni ini merupakan suatu perantara untuk menyampaikan sesuatu. Bahkan seni dapat diartikan sebagai jalan penghubung dengan kenyataan yang lain. Dimana kita dapat melihat, mendengar dan merasakan sesuatu yang penah berkaitan dengan kehidupan atau bahkan tidak sama sekali, dengan cara menikmati suatu pertunjukan yang di kemas sedemikian rupa dengan suatu keindahan. Kita menikmati suatu realitas kecil pada realitas besar kita. Suatu ungkapan yang dipertunjukan pada kenyataan kita di kehidupan ini.

ANTARA SENI DAN KENYATAAN

            Kenyataan yang dimaksud disini adalah kenyataan dalam arti luas, sepeti sebuah benda, mahluk hidup, kejadian dan peristiwa. Kenyataan merupakan segala sesuatu yang terjadi pada diri atau sesuatu yang terserap oleh kemampuan indra kita yang kita tamping dalam memori sel otak.  Kemudian hubungan seni dengan kenyataan kita jumpai teoti Mimesis yang merupakan aliran-aliran seni semenjak zaman Plato dan Aristoteles  

Mengenai Mimesis, Mimesis dalam Bahasa Yunai diartikan sebagi suatu  Perwujudan atau Jiplakan. Diutarakan oleh Plato (428-348) dan Aristoteles (384-322) yang mempengaruhi teori-teori seni dan satra di Eropa. Mimesis membahas sejauh mana seni mencerminkan kenyataan, atau seni memang mencerminkan kenyataan bahkan sesni dituntut untuk mencerminkan kenyataan. 

Plato sebagai seorang filsuf berpandangan bahwa seni hanya suatu jiplakan dan memamerkan ilusi (khayalan) dan jauh dari kebenaran. Dalam karangan Plato tentang Negara (kitab Kesepuluh) ia berpandangan segala sesuatu benta itu mencerminkan suatu “ide yang asli” (gambar asli). Terdapat banyak bentuk yang dicerminkan dalam ide untuk suatu benda atau kenyataan. Suatu benda atau kenyataan di bentuk berdasarkan pada dunia Ide , kemudian seni dibuat bersadarkan kenyataan yang telah ada. Maka menurut pandangan Plato seni hanya menjiplak suatu jiplakan. Plato lebih menghargai seorang tukang yang mebuat barang-barang daripada hanya melukiskan barang-barang tersebut. Plato menyatakan demikian dalam konteknya ( yang menginginkan suatu negara yang ideal, yang utopis)

Kemudian Aristoteles yang berbeda pandangan dengan Plato. Aristoteles menyatakan bahwa seni melukiskan kenyataan. Dan kenyataan  berbeda bengan kenyataan menurut Plato. Menurut Aristotelies mimesis disini tidak semata-mata menjiplak suatu kenyataan, melaikan merupakan suatu proses kreatif dan ungkapan yang berpangkal pada kenyataan, menciptakan suatu kenyataan yang baru. Artistoteles berpandangan suatu seni itu merupakan suatu ungkapan atau perwujudan mengenai Universalia atau gambaran umum.

Pandangan ini terus berkembang dari abad ke abad dan menghasilkan teori-teroi baru. Seperti pandangan Plato yang kemudian dipengaruhi oleh pandangan Plotinus, seorang filsuf Yunani hidup pada abad ke-3 yang menyatakan bahwa seni tidak hanya suatu perwujudan indrawi tetapi menciptakan enyataan yang hakiki yang bernilai luhur. Namun dapat kita garis bawahi bahwa seni ada kaitannya dengan kenyataan dan dari kenyataan itulah seni dapat kita ciptakan. Sejauh mana kita mengartikan seni pada kenyataan dan kehidupan kita.

Jika dihubungkan dengan konsep yang kita pelajari, konsep  sederhana sebuah seni pertunjukan  teater realis adalah memindahkan realitas besar (dunia nyata) kepada realitas kecil (dunia panggung) yang dimana kita sebagai aktor, memindahkan aktifitas, laku, gerak dan semua bentuk lahiriah kita ke panggung sehingga para penonton dapat mengerti pesan atau informasi yang kita sampaikan. Dapat diartikan kita telah menghubungkan atau mengikut sertakan kenyataan kita, kehidupan kita dalam seni. Maka dari itu dalam seni drama atau teater banyak dari kita dalam mempelajari atau untuk mencapai suatu pertunjukan yang maksimal itu dengan cara menelanjangi kenyataan. Kita membuka mata kita untuk dapat menangkap dan meresap semua kenyataan yang ada untuk dijadikan bahan-bahan yang kemudian kita olah untuk dipertunjukan. Kita dapat leluasa memainkan setelah kita memiliki apa yang telah kita tangkap pada kenyataan. 

“Hidup tanpa seni bagai tidur tak bermimpi. Bagai malam taka da bintang hampa terasa dalam kehidupan”
“Ekspresi Jiwa adalah citra seni insan teater karena disana kita punya gairah dan jati diri hingga nafas terakhir tersenyum berpapasan Tuhan”

Referensi         : Pengantar Ilmu Sastra oleh: Jan Van Luxembug, Mieke Bal, Willem G. Weststeijin. Diterjemahkan oleh Dick Hartoko, 1992, PT Gramedia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.