"Semoga senyum Tuhan selalu menyertai aktivitas kita selaku khalifah di muka bumi hingga nafas terakhir tersenyum berpapasan Tuhan"

Sebuah Romantika: Episode yang menunggu Babak pengakhiran | Reportase Pertunjukan Kereta Kencana

Reportase Pertunjukan Kereta Kencana
Pertunjukan Tugas Akhir Mahasiswa ISBI - Kereta Kencana

Bukankah kematian adalah kesempurnaan dari hidup? Mungkin ini yang menjadi keinginan dari kedua tokoh berusia dua abad atau 200 tahun itu pada naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco terjemahan W. S. Rendra, tak ada lagi yang mereka tunggu selain kematian.


Teater Awal Bandung - Pementasan yang di gelar dalam rangka Tugas Akhir Mahasiswa di Studio Teater Institut Seni dan Budaya ini memiliki setting (berdasarkan sudut pandang penonton) berupa tangga di sisi kiri belakang panggung, rak buku yang menjadi pembatas antara panggung depan dan belakang dengan penempatan sebuah tangga kayu yang bersanding di pinggirnya. Sebuah meja dengan ornamentasi dudukan lilin lengkap dengan kursi di masing-masing muka, sebuah kursi goyang, dan beberapa kursi yang disimpan secara acak, serta dua buah kursi di tempatkan di tengah-tengah panggung pada permulaan adegan.


Reportase Pertunjukan Kereta Kencana
Pertunjukan Tugas Akhir Mahasiswa ISBI - Kereta Kencana

Fajar Bintang selaku mahasiswa yang memerankan tokoh Henry, seorang pria tua dan Laelatul Sani, S.Sn., selaku lawan main yang memerankan tokoh istri dari pria tua tersebut memainkan tokohnya masing-masing dengan apik dan menarik. Beberapa respon tidak hanya dilakukan antara sesama aktor, tetapi juga antara aktor dan artistik yang dihadirkan. Hal ini terlihat pada beberapa adegan, seperti pada adegan dimana tokoh imajiner bernama perdana menteri yang mendatangi rumah mereka, sebuah kursi goyang bergerak akibat aksi aktor dalam merespon kursi tersebut menimbulkan reaksi dimana kursi terus bergoyang bahkan saat aktor meninggalkan kursi tersebut dan duduk di kursi lain, membuat visual semakin kuat seakan-akan pada kursi tersebut hadir tokoh imajiner yang dibicarakan secara berulang melalui dialog para tokoh, juga saat tokoh imajiner jenderal dan insinyur mempersilakan Henry dan istrinya. Laku acting memperlihatkan seakan-akan mereka benar-benar dipersilakan terlihat kuat melalui pembawaan gestur aktor.


Interpretasi Apresiator

Ada beberapa interpretasi pribadi yang hadir, hal ini diluar dari latar belakang dan pengetahuan penulis selaku apresiator mengenai naskah tersebut. Penulis menginterpretasikan bahwa tokoh-tokoh imajiner yang hadir pada pementasan merupakan gambaran dari keinginan kedua insan tersebut bahwa mereka merindukan kehadiran sosok anak dengan pekerjaan dan status sosial yang beragam. Kursi yang berjejer dengan berbagai bentuk dan ukuran menghadap penonton pada salah satu adegan menggambarkan keragaman dari usia, fisiologi, serta status sosial masing-masing anak khayalan kedua tokoh itu. Selain itu, posisi berjejer tersebut memberikan keliaran imajinasi penulis selaku apresiator yang memvisualisasikannya sebagai area pemakaman. Hingga penulis menyimpulkan bahwa mereka telah kehilangan anak yang mati sebelum lahir. Hal ini di perkuat dengan munculnya tokoh imajiner Kaisar, yang merupakan gambaran dari sosok malaikat pencabut nyawa (menurut penafsiran penulis), yang membawa setiap tokoh tersebut pergi bersamanya. Sedang mereka yang sudah melalui episode yang cukup panjang dalam kehidupannya tak kunjung menemui babak akhir, hingga tak ada lagi yang mereka tunggu selain kematian itu sendiri. Menunggu kereta kencana menjemput mereka berdua.

Naskah ini cukup seksi, dalam, dan romantik dimana kesetiaan dihadirkan dengan kuat, memperlihatkan kerinduan antara suami dengan istri, orang tua dengan anak, serta kehidupan dengan kematian.


Ditulis oleh Zamzam Piter

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.